
Beberapa bulan yang lalu (ini catatan saya yg sempat tertinggal), saya menyempatkan diri untuk berkunjung di Taman Kanak-kanak dimana saya pernah mendapatkan pendidikan formal untuk pertama kalinya. .
Suasananya sudah sangat berubah. .
Lebih banyak alat bermainnya. .
Fasilitasnya juga lumayan memadai. .
Saya pun masuk disalah satu kelas bersama seorang guru yang pernah memaksaku menulis dengan tangan kanan. .
Ku hampiri anak laki-laki yang tengah asyik menggambar rumah. .
Saya penasaran melihat gambarnya karena teman-temannya yang lain menggambar binatang piaraan. .
“Sayang. .kakak bisa tidak pinjam gambarnya?” tanyaku kepada anak itu. .
“Tunggu ya kak. , gambarku belum selesai. .” jawabnya. .
Saya tidak ingin memaksa. ,ku biarkan anak itu hanyut dalam imajinasinya. .
Tidak lama. .
“Sudah selesai,kak. . Ini gambarku. ,”
“Wow. .bagus sekali gambarmu!! Namamu siapa, sayang?” tanyaku. .
“Namaku Dimas. .”
“Emm. . .ini rumah kamu,yah?”
“Iya. .” ia menjawab sambil tertunduk malu. .
“Boleh tidak Dimas cerita sedikiiit aja. . tentang gambar ini?” pintaku. .
“Emmm….”
“Ayo dong!! Setiap gambarkan punya cerita tersendiri,” rengekku seperti anak kecil. .
Dimas pun meraih gambar yang sedari tadi ku amati. .
Ia mulai bercerita. .
“Ini rumah saya. , ini si Manis kucing saya. , ini tanaman yang setiap sore saya siram bersama bibi Inem. , ini bi Inem pengasuh saya. .”
“Loh. .papa mamanya dimana,sayang. .?” tanyaku. .
“Nggak ada,” jawab Dimas sambil tertunduk. .
“Kenapa sayang? Kok sedih?”
“Papa Mama kan jarang dirumah” jawabnya polos. .
Hatiku bergetar mendengar penuturan anak yang masih berumur kurang lebih lima tahun itu. .
Rangkaian kata-katanya sangat sederhana tapi maknanya sangat luar biasa. .
Sangat menggelitik. .
Suasananya sudah sangat berubah. .
Lebih banyak alat bermainnya. .
Fasilitasnya juga lumayan memadai. .
Saya pun masuk disalah satu kelas bersama seorang guru yang pernah memaksaku menulis dengan tangan kanan. .
Ku hampiri anak laki-laki yang tengah asyik menggambar rumah. .
Saya penasaran melihat gambarnya karena teman-temannya yang lain menggambar binatang piaraan. .
“Sayang. .kakak bisa tidak pinjam gambarnya?” tanyaku kepada anak itu. .
“Tunggu ya kak. , gambarku belum selesai. .” jawabnya. .
Saya tidak ingin memaksa. ,ku biarkan anak itu hanyut dalam imajinasinya. .
Tidak lama. .
“Sudah selesai,kak. . Ini gambarku. ,”
“Wow. .bagus sekali gambarmu!! Namamu siapa, sayang?” tanyaku. .
“Namaku Dimas. .”
“Emm. . .ini rumah kamu,yah?”
“Iya. .” ia menjawab sambil tertunduk malu. .
“Boleh tidak Dimas cerita sedikiiit aja. . tentang gambar ini?” pintaku. .
“Emmm….”
“Ayo dong!! Setiap gambarkan punya cerita tersendiri,” rengekku seperti anak kecil. .
Dimas pun meraih gambar yang sedari tadi ku amati. .
Ia mulai bercerita. .
“Ini rumah saya. , ini si Manis kucing saya. , ini tanaman yang setiap sore saya siram bersama bibi Inem. , ini bi Inem pengasuh saya. .”
“Loh. .papa mamanya dimana,sayang. .?” tanyaku. .
“Nggak ada,” jawab Dimas sambil tertunduk. .
“Kenapa sayang? Kok sedih?”
“Papa Mama kan jarang dirumah” jawabnya polos. .
Hatiku bergetar mendengar penuturan anak yang masih berumur kurang lebih lima tahun itu. .
Rangkaian kata-katanya sangat sederhana tapi maknanya sangat luar biasa. .
Sangat menggelitik. .
0 comments:
Post a Comment